06 April 2010

"5 Watt"

Diposting oleh Rini Andarstuti di 10:12:00 PM 11 komentar

Aku sulit mengekspresikan "diriku" pada orang lain. Ketika itu berkaitan dengan nyaman atau tidak nyaman, boleh atau tidak boleh, sempurna atau tidak sempurna, maka semua akan keluar dengan mudah. Seluruhnya.
Namun ketika itu berkaitan dengan hati...aku lebih memilih diam. Suka, marah, keberatan, rindu, sayang, ingin melindungi, semuanya dengan diam. Aku tau, itu hal yang sangat menyulitkan orang untuk tau yang sebenarnya...tapi aku juga tau...ada, walaupun tidak banyak...ada orang-orang yang benar-benar paham segala diamku.

Karenanya blog ini ada. Dengan harapan aku bisa mengekspresikannya melalui tulisan. Hal-hal yang tidak akan pernah bisa aku sampaikan tentang hatiku, aku ingin menuliskannya di sini. Aku sampai lupa, berapa total buku catatan harian yang aku miliki sejak dulu. Apapun yang aku rasakan, aku tuliskan di sana dengan rapi. Aku mengoleksinya dengan baik, ketika senggang dan teringat sesuatu...aku membukanya kembali, membacanaya sambil tersenyum "betapa bodohnya aku di masa lalu". Namun ada beberapa yang sudah kubuang karena isinya terlalu lucu untuk kubaca ulang, masa muda... :)

Tapi ternyata tidak semudah itu untuk memberi "media pembantu" pada seorang aku. Blog, facebook, apapun namanya media yang biasa digunakan orang untuk mengekspresikan diri...aku tidak bisa menggunakannya. Sesekali aku ingin: tuliskan apa yang kamu rasakan saat itu agar orang tau, agar mereka mengerti, agar ada solusi. Tapi di saat itu juga aku pasti berpikir: jika kamu menuliskan perasaanmu di sini, menuliskan masalahmu di sini, maka orang akan "membaca" siapa dirimu.

Aku tidak bisa begitu.
Aku tidak bisa mengizinkan siapapun untuk "membaca" diriku tanpa persetujuanku. Aku tau, hampir sebagian besar orang bilang: kamu itu rumit. Aku tau itu dengan pasti. Walaupun banyak yang sudah menebak-nebak karakterku dengan benar, tapi bukan...itu masih jauh dari begitu banyak hal yang tak mereka ketahui. Mereka hanya berhasil menyebut 30% saja....tapi menganggap yang 30% itulah aku seluruhnya. Walaupun sering, ada orang-orang yang aku ingin mereka mengerti, seharusnya mereka mengerti tentangku tanpa aku ceritakan. Karena aku tidak bisa dengan jelas menceritakan pada mereka bahwa aku ini begini, begitu, seperti ini, dan seperti itu. Jadi aku ingin, berusalahan memahamiku. Pahami seorang Rini.

Bahkan saat ini, ketika ada yang bilang: "Rin, setiap orang itu bagaikan lampu..masing-masing memiliki daya sendiri, ada yang 5 Watt, ada yang 10 Watt, ada yang 25 bahkan 200 Watt. Jika seseorang sudah ditetapkan memiliki daya 5 Watt, kamu tdak akan bisa memaksanya untuk bersinar seterang 200 Watt, Rini!" Aku tidak tau bagaimana mengekspresikan keberatan. Karena kata-kata itu terlalu memojokkanku. Aku ingin protes, tapi lagi-lagi aku sulit menyampaikan sesuatu yang berhubungan dengan hati. Karena protes kali ini, hati.

"Bagaimana? Bagaimana kita tau itu 5, 10, 25, atau 200 Watt? Bagaimana kita berhak memberi label 5 Watt pada seseorang yang kita sendiri tidak tau pasti berapa daya yang ia miliki karena kita belum mencoba untuk uji 200 Watt? Bagaimana??? Bagaimana kita dengan mudah percaya hanya karena orang lain sudah memberi label 5 Watt itu? Memangnya siapa dia yang dengan serius memberi label 5 Watt pada orang lain tanpa tau apapuuuuuun!?!?!?!?" Aku keras kepala, aku tau. Sesuatu yang aku tidak percaya, tidak akan kulakukan. Dan sesuatu yang aku percayai, tidak akan aku hentikan. Aku tidak akan berhenti membuat agar "5 Watt" itu bisa bersinar seterang pagi. Aku tidak akan berhenti melakukan uji-coba pada lampu itu walaupun mereka bilang itu hanya "5 Watt". Aku tidak akan berhenti. Sampai aku yakin sendiri bahwa ia redup....

Kali ini, aku kecewa. Tapi diamku tak bisa mereka baca. Padahal merekalah orang-orang yang sudah aku "pilih" untuk bisa mengerti setidaknya 70% di saat orang lain hanya mampu 30%. Lagi-lagi mereka gagal "membaca" seorang aku.

03 April 2010

Benang Kusut, Sekusut Pikiranku

Diposting oleh Rini Andarstuti di 9:39:00 PM 0 komentar
Pemikir. Mungkin itu pendapat orang ketika pertama kali melihat wajahku, dalam artian: selalu serius. Bukan istilah yang jelek memang. Dan aku juga tau diri ketika orang-orang berpendapat sejenis: terlihat jutek. Hehehe..yang ini juga tak kupungkiri. Tapi, itu kan hanya "terlihat" belum tau aslinya...lebih jutek lagi. Hahahahah! Gak lah...segala sesuatu harus pada tempatnya, itu prinsipku.

Bukan tanpa alasan terkadang aku berwajah kusut seperti itu, karena memang banyak yang dipikirkan. Selain karena faktor struktur wajah yang sudah begini (ahha!), aku juga sudah terbiasa untuk serius, ehehehe... (sok serius).

Well, kembali ke ke-kusut-an. Beberapa hari yang lalu aku dongkol dengan suksesnya! Yup! Karena permasalahan "beda karakter". Menurutku, perbedaan karakter ini membawa pengaruh sangat besar dalam kehidupan sehari-hari, di mana pun itu. Yang jadi point utama adalah: proses pencocokan karakter tersebut. Tapi memang ada karakter-karakter yang aku jelas tidak akan bisa cocok dengan itu. Salah satunya: manja.

Noooo!!! Restrain from me if u have this character....

Fiiiuuuh...aku paling tidak suka orang manja. Siapa saja. Entah anak-anak, teman sebaya, orang dewasa...aku tidak terbiasa. Aku tidak suka orang yang tidak bisa melakukan apa-apa sendiri dan dia bergantung penuh pada orang lain. Mandirilah! Bersikap tegas, dan lakukan!
Sebenarnya tidak ada yang salah dari sikap manja ini, terutama wanita. Tapi tidak bagiku jika itu tidak pada tempatnya. Mengertilah situasi. Bacalah kondisi. Kapan aku harus begini atau begitu. Bolehkah aku begini atau begitu. Bagaimana jika aku begini atau begitu.

Hmmm...aku terkadang heran dengan orang-orang semacam ini yang tidak peka akan situasi. How can they...??? Dan, pengalaman kemarin menambah daftar panjangku bahwa: usia tidak jaminan atas kedewasaan anda!

Ya, aku tau..mungkin aku jutek dalam hal ini. Bahkan wajahku tidak bisa bohong bahwa aku tidak nyaman dengan keadaan itu. Pikiranku kusut dengan karakter-karakter yang dipaksakan untuk cocok denganku. Ditambah lagi...tetap bersikap manja ketika aku sedang kusut, maka langsung saja keluar: "mengapa hal-hal seperti ini tidak bisa diperhitungkan sebelumnya??!!!" Lebih kepada omelan daripada pertanyaan. Agar ia sadar, bahwa segala sesuatu itu harus direncanakan dengan baik. Jangan bebani (entah perasaan maupun keadaan)orang lain atas kesalahan yang anda buat hanya karena anda gagal merencanakannya.

Fiiiuh...ini bukan tentang usia dan pengertian. Karena aku lebih tua lalu aku harus selalu mengerti? Tidak bisa begitu. Karena aku lebih muda maka aku harus bisa menghargai? Sepertinya bukan alasan yang tepat. Karena kita sebaya lalu aku harus bisa menerima semuanya? Maaf, aku tidak bisa. Walaupun terkesan egois, bahkan sangat, tapi pahamilah jika seandainya kita bertukar posisi. Masih bisakah anda berpikir ini prinsip yang egois?

Bukan apa-apa, hanya bahan pembelajaran untuk kita bahwa: belajarlah untuk dewasa. Tidak semua orang bisa menerima kemanjaan kita. Ketidakpekaan kita. Ketidakmampuan kita membaca situasi. Jika anda balik penyataan itu menjadi "saya tetap bisa menerima orang seperti itu kok", sadarlah...tidak semua orang berpikiran sama seperti anda.

Well, selamat berpikir dan merasa, agar hidup lebih istimewa! ^^

30 Maret 2010

Pelayanan vs Kualitas

Diposting oleh Rini Andarstuti di 10:08:00 PM 2 komentar

Well, kita mulai tulisan ini dengan Bismillah..semoga ada manfaatnya bagi anda ya.. :)
Misal, jika ada dua pilihan yang harus dipilih hanya satu saja ketika berbelanja di dua buah toko sepatu, yang manakah yang akan anda pilih: pelayanan yang baik atau variasi barang yang banyak? Dengan asumsi harga di kedua toko sama.

Mungkin sebagian besar pembeli akan menjawab, variasi barang yang banyak. Tapi tidak bagi saya. Mari perhatikan: apakah anda akan nyaman ketika berbelanja di sebuah toko sepatu besar dengan variasi sepatu yang banyak dan bagus, namun pelayanan mereka kurang menyenangkan? Kita memilih sepatu diikuti kemana saja, seperti mengawasi pencuri. Bertanya, hanya dijawab seperlunya. Berbicara, mereka hanya tersenyum sedikit. Seolah kitalah yang butuh mereka, mereka tidak terlalu butuh kita. Tanpa bicara, saya pasti langsung meninggalkan toko seperti ini.


Saya tidak terlalu peduli dengan banyaknya variasi atau tidak, modelnya bagus atau tidak, harganya murah atau tidak ketika satu hal kunci tidak mereka pegang: pelayanan. Pembeli tentu akan jauh merasa nyaman ketika dihadapkan oleh suasana toko yang ramah, walaupun tidak terlalu banyak pilihan, tapi pelayanan seperti teman sendiri, hangat.

Menurut saya, inilah yang terpenting. Bagaimana membuat pelanggan nyaman dengan kita. Ketika sudah nyaman, mereka akan sulit berpindah ke toko lain, itu intinya. Walaupun mungkin di toko kita harga tidak semurah di toko sebelah, tidak sebagus di toko sebelah, dan lain-lain yang bersifat kualitas. Lagipula itu bukan masalah mendasar. Harga tinggi, bisa diturunkan. Variasi sedikit, bisa ditambah. Model norak, bisa diperbaharui. Namun pelayanan buruk? Mudahkah diubah?
Kalaupun bisa diubah, citra yang sudah disandang tetap saja: toko itu melayani kita dengan buruk!

Karena saya pernah mengalami hal ini. Persis, namun kasusnya tentu bukan toko sepatu. Saya tau, toko langganan saya ini hanya salah satu dari sekian banyak toko sejenis di kompleks itu. Bahkan saudara saya sendiri mengajak untuk jangan lagi berbelanja di sana karena barangnya cuma sedikit. Tapi bagi saya, merekalah yang memiliki pelayanan terbaik dibandingkan toko lain yang pernah saya datangi. Jadi ketika pilihan hanya sedikit, katakan saja pada pemiliknya: "Bu, coba besok jual model seperti X ya, saya suka." Ya sudah, tidak ada masalah, karena besok akan bertambah lagi variasi modelnya.

Membangun hubungan baik, itulah yang saya suka dari bisnis. Bukan tentang berapa keuntungan yang anda dapatkan. Itu memang hal penting, tapi bukan yang terpenting. Keuntungan hanya alat, bukan tujuan. Masing-masing tentu punya tujuan sendiri-sendiri mengapa mereka memilih dunia bisnis. Terpenting bagi saya adalah, bagaimana kita kelak dengan bisnis itu? Will be better or not? :)

22 Maret 2010

Ternyata Besi Tidak Berasal dari Bumi!

Diposting oleh Rini Andarstuti di 11:46:00 PM 0 komentar
Ada berita menarik yang saya baca ketika mendapat sms dari seorang kolega. Karena penasaran, saya meneruskan informasi tersebut dan saya dapatkan berita ini. Mungkin teman-teman sudah banyak yang tau, tapi...berbagi informasi itu penting, semoga ada manfaatnya, insyaAllah :)

Besi adalah salah satu unsur yang dinyatakan secara jelas dalam Al Qur'an. Dalam Surat Al Hadiid, yang berarti "besi", kita diberitahu sebagai berikut:
"…Dan Kami turunkan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia ...." (Al Qur'an, 57:25)



Kata "anzalnaa" pada QS 57:25 tersebut yang berarti "kami turunkan" khusus digunakan untuk besi dalam ayat ini, dapat diartikan secara kiasan untuk menjelaskan bahwa besi diciptakan untuk memberi manfaat bagi manusia. Tapi ketika kita mempertimbangkan makna harfiah kata ini, yakni "secara bendawi diturunkan dari langit", kita akan menyadari bahwa ayat ini memiliki keajaiban ilmiah yang sangat penting.

Ini dikarenakan penemuan astronomi modern telah mengungkap bahwa logam besi yang ditemukan di bumi kita berasal dari bintang-bintang raksasa di angkasa luar.
Logam berat di alam semesta dibuat dan dihasilkan dalam inti bintang-bintang raksasa. Akan tetapi sistem tata surya kita tidak memiliki struktur yang cocok untuk menghasilkan besi secara mandiri. Besi hanya dapat dibuat dan dihasilkan dalam bintang-bintang yang jauh lebih besar dari matahari, yang suhunya mencapai beberapa ratus juta derajat. Ketika jumlah besi telah melampaui batas tertentu dalam sebuah bintang, bintang tersebut tidak mampu lagi menanggungnya, dan akhirnya meledak melalui peristiwa yang disebut "nova" atau "supernova". Akibat dari ledakan ini, meteor-meteor yang mengandung besi bertaburan di seluruh penjuru alam semesta dan mereka bergerak melalui ruang hampa hingga mengalami tarikan oleh gaya gravitasi benda angkasa.

Semua ini menunjukkan bahwa logam besi tidak terbentuk di bumi melainkan kiriman dari bintang-bintang yang meledak di ruang angkasa melalui meteor-meteor dan "diturunkan ke bumi", persis seperti dinyatakan dalam ayat tersebut: Jelaslah bahwa fakta ini tidak dapat diketahui secara ilmiah pada abad ke-7 ketika Al Qur'an diturunkan." Tidak hanya besi, bahkan beberapa logam mulia yang ada di bumi merupakan kiriman dari langit.

Wallahu'alam....

18 Januari 2010

Aneka Fatwa (Saran) Baru Bagi Perempuan

Diposting oleh Rini Andarstuti di 8:34:00 PM 4 komentar

Saya awali tulisan ini dengan Bismillah....semoga tidak ada niatan lain selain mengharap petunjuk dari-Nya.

Oke, saya agak tergelitik dengan fatwa (saran) baru yang tanggal 14 kemarin dikeluarkan oleh Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3) se-Jawa Timur tentang:
1. haram untuk pekerjaan ojek untuk seorang wanita,
2. naik ojek juga diharamkan bagi wanita untuk bepergian ke tempat ziarah, pasar dan majelis ta'lim,
3. haram pada kaitan penampilan, khususnya rambut. Rebonding bagi wanita single dinyatakan haram, karena dianggap dapat mengundang terjadinya maksiat. Gaya rambut rasta, punk dan pengecatan dengan menggunakan warna merah dan kuning juga dinyatakan haram,
4. peran sebagai orang Nasrani untuk aktris Muslimah dan,
5. pembuatan foto pre wedding diharamkan juga untuk 2 hal, yaitu bagi pasangan mempelai dan fotografer yang melakukannya. Untuk mempelai diharamkan apabila dalam pembuatan foto dilakukan dengan dibarengi adanya ikhtilat (percampuran laki-laki dan perempuan), khalwat (berduaan) dan kasyful aurat (membuka aurat). Sementara pekerjaan fotografer pre wedding juga diharamkan karena dianggap menunjukkan sikap rela dengan kemaksiatan.

Rumusan ini hanya bersifat saran, bagi yang mempercayai sebisa mungkin dianjurkan menjalankannya, bagi yang tidak sebisa mungkin bisa memahaminya dan berusaha menjalankannya. Begitulah keterangan yang saya baca.

Saya setuju, untuk beberapa kasus dengan beberapa alasan. Namun ada yang terkesan aneh dan saya kurang setuju mengapa dikeluarkan saran seperti ini. Bukan karena saya tidak suka, bukan...tapi karena saran tersebut terkesan rancu dan mengambang.
Saya uraikan sedikit:
1. Untuk kasus ojek wanita, saya dan teman-teman saya sering berpikir, alangkah enaknya jika ada ojek wanita. Banyak manfaatnya bagi kami kaum hawa, terlebih sebagai anak kos (jika tidak punya motor sendiri). Dibanding angkutan umum lain (angkot, taksi, bis) ojek wanita bisa mengantar sampai tempat tujuan dengan biaya yang murah, lebih praktis pula. Saya bahkan berkhayal, jika saya punya uang banyak, akan saya bangun pangkalan ojek khusus wanita (niru taksi wanita di Iran niyh ceritanya) dengan pegawainya wanita semua. Tentu saja penumpangnya hanya wanita dan anak-anak. Jam kerjanya pun dibatasi, sejak pagi jam 5-an sampe sore jam 5-an juga, terserah mau mulai dari jam berapa.
Mereka yang menyatakan haram ojek wanita mungkin tidak pernah tau, betapa susahnya kami, perempuan-perempuan yang tinggal di kampung orang, ingin beraktivitas kemana-mana namun tidak ada kendaraan pribadi, tidak ada teman perempuan yang selalu bisa menemani kemana saja, tidak ada saudara yang stand by mengantar-jemput kami setiap waktu. Mereka mungkin tidak tahu kesulitan ini, karena mereka laki-laki.

2. Banyak tokoh-tokoh Islam yang dimintai pendapatnya tentang saran no.3 (kasus rebonding dan pewarnaan rambut), umumnya mereka tidak mau berkomentar. Namun pada intinya saya setuju pada yang berkomentar: "Mengapa mengurus masalah rebonding? Bukankah sudah jelas, memperlihatkan rambut itu haram." Kalo masalah utamanya (rambut) saja sudah disuruh tutup, lalu mengapa ada saran seperti ini? Seolah-olah bermakna: "...boleh memperlihatkan rambut, tapi tidak boleh direbonding". Dilarang rebonding karena bisa mengundang maksiat. Memangya kalo gak direbonding itu gak bisa mengundang maksiat? Intinya ya DITUTUP. Entah nanti itu direbonding atau dikeritingkan atau diwarnai merah juga sepertinya tidak akan mengundang maksiat, jika DITUTUP. Karena memang, masalah rebonding dan mewarnai rambut ini masih menjadi masalah khilafiyah...

3.Dan sedang marak ya...foto pre-wedding untuk ngisi kartu undangan-undangan. Tapi alhamdulillah kemarinan sepupu saya menikah, beliau tidak berjilbab, namun ketika ditawari untuk foto pre-wedding dulu, beliau menolak: "Untuk apa foto-foto kayak gitu? Dia belum jadi suami saya kok. Nanti saja selesai akad baru foto weddingnya ya." Tuuh..yang gak jilbaban aja sadar bahwa itu belum menjadi suaminya jadi tidak seharusnya foto mesra seperti itu, lalu bagaimana dengan kita?

Biasanya, masyarakat memang belum tau hal-hal tertentu kecuali jika dikeluarkan fatwa tentang itu. Jadi, mungkin ada baiknya fatwa-fatwa dijadikan sarana pembelajaran umat... :)

Wallahu'alam...
 

::Hanya usaha untuk membuat kenangan... Copyright © 2009 Baby Shop is Designed by Ipietoon Sponsored by Emocutez