31 Mei 2009
Kepentingan Tak Pernah Usai : Asap Rokok
Tulisan ini diambil dari buku yang beberapa waktu lalu saya beli di Pameran Buku, judulnya : Rehat Dulu lah....
Sambil rehat, sambil baca buku, sambil tau lingkungan sekitar :)
Kota ini tidak begitu besar, sepi dan lengang, ia berada kurang lebih di tengah-tengah daratan Amerika, Kota Charlotte, di Negara Bagian Carolina. Di kota ini sering diadakan acara tahunnan konferensi dan pameran tembakau internasional di convention centre di Kota Charlotte ini. Pada pameran seperti ini, semua insan dunia rokok-merokok hadir di tempat ini. Banyak yang membuka stan dengan ukuran besar, banyak juga pengunjung dari para tobacco man, mulai dari produsen rokok ternama, pembuat mesin rokok, pembuat kertas rokok, filter rokok, packing, biro iklan, jurnal majalah rokok, dan para agen tembakau dari berbagai kebun tembakau.
Rokok dan dunia asap mengebul menjadi diskusi mereka siang malam, berbagai seminar di gedung sebelah juga dilakukan untuk mengantisipasi gerakan antirokok. Satu yang mengganjal adalah adanya larangan merokok di convention centre berdasarkan peraturan yang ada.
Para jawara industri rokok ini merasa amat tersinggung jikalau mereka tidak boleh merokok dalam sebuah pameran tobacco international. Perlu izin khusus dari cityhall-balaiwalikota untuk mereka bisa mendapatkan dispensasi khusus itu.
Setiap tahun pergulatan itu sama, ada kepentingan yang harus diperjuangkan. Ada kepentingan yang tak pernah berakhir: Asap Rokok.
Inilah produk yang selalu mengundang kontroversi kalau dihisap, tentu saja karena asapnya. Ada mega juta dollar di belakang kepentingan asap ini. Bayangkan inilah produk yang tidak susah menjualnya kalau kita sudah menjadi pelanggannya. Meskipun pembeli sudah diberi tahu meroko dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan, peringatan ini dianggap angin lalu. Saya tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada produk makanan atau kosmetik jika diberi label seperti itu. Tentu runyam. Di belakang asap rokok ini ada nikotin yang adiktif dan tar yang bisa menyebabkan kanker. Juga mengandung bahan kimia seperti aseton , ini sama dengan bahan pencaair cat kuku, ada juga methanol, ini sejenis bahan untuk spiritus yang mudah terbakar. Ada juga naftalen, ini biasa dipakai dalam kapur barus. Ada lagi arsen, ini sering dipakai untuk racun tikus, dan yang paling gawat...ada HCN, ini racun asam sianida yang bisa bikin koit. Serta ada pulonimum, nah...kalau ini bahan radio aktif
.
Sebagai ilustrasi jumlah uang yang ada di belakang asap rokok ini, saya melihat kembali laporan keuangan salah satu industri nasional rokok kita, HM Sampoerna. Nilai penjualan pada tahun 2005 sekitar 24,6 triliun dengan aset sekitar 11,9 triliun.
Mau tau keuntungannya? Laba kotor 7,2 triliun dan laba operasi sekitar Rp 11 miliar perhari. Atau 456 juta perjam. Hohohoho...Ini baru satu pabrik di negara berkembang nun jauh dari Morth Carolina, apalagi raksasa multinasinal rokok-rokok koboi itu. Hitung sendiri saja deh...
So. besok-besok kalo pada bangun pagi, pengen ngopi dan menyalakan rokok, ada dua hal yang terjadi : ada penimbunan kimia melalui setiap tarikan kepulan asap, dan satu lagi, ada yang baru saja untung berjuta-juta tiap detik....
Categories
Artikel Lepas
26 Mei 2009
Ada Tamu
Semasa kita kecil dulu adalah lazim ketika ada tamu yang datang anak-anak yang masih kecil diminta oleh orangtuanya untuk "tidak mengganggu" dan tidak main di ruang depan, tidak ikut nimbrung di ruang tamu, jangan berisik atau minta uang jajan.
Kelihatannya sederhana dan kita bisa membusungkan dada membenarkan diri, "Kami memang orang timur, tahu budaya sopan santun." Sering terjadi anak tidak diberi tahu mengapa tidak boleh bermain di depan dan lebih baik duduk manis di belakang. Alih-alih diberi tahu, yang sering malah anak dijewer apabila tidak menurut setelah tamu pulang.
Pesan yang diterima anak bisa bermacam-macam, antara lain bahwa tamunya orang penting dan si anak sendiri merasa bukan sesuatu atau bukan orang yang dianggap penting. Bisa juga si anak dinggap hanya membuat problem saat tamu datang jika bermain di ruang depan, atau ikut nimbrung di ruang depan.
Oleh karena seringnya anak tidak diberi tahu mengapa ritual seperti itu dilakukan, anak tumbuh menjadi orang yang lebih aman apabila berada di ruang belakang atau di tempat-tempat yang tidak dapat dilihat dengan jelas kehadirannya atau sosoknya.
Kebiasaan ini tanpa sadar terus dipupuk dan dibawa menjadi nilai saat kita menjadi dewasa. Kita merasa tidak enak, merasa risih, kalau harus duduk di barisan depan pada saat seminar untuk umum, pada saat ibadah, atau pada saat pertemuan umum lainnya. Bahkan untuk tempat yang kita bayar untuk pelatihan misalnya, sering sekali dua baris terdepan dari ruang seminar pada umumnya kosong dan lengang.
Merasa tidak enak duduk di depan, tanpa tahu mengapa perasaan tidak enak itu muncul, tanpa sadar mengapa kok rasanya lebih afdol kalu bisa duduk di sektor belakang dan bahkan merasa sebuah kebenaran bahwa memang tempat duduk yang paling nyaman baginya adalah barisan belakang. Saat ditanya mengapa lebih suka dan nyaman duduk di belakang, maka rasio definisinya mulai bekerja dan menjelaskan filosofi bahwa yang duduk di baris depan itu adalah VIP, itu untuk tamu, itu untuk pimpinan, dan berbagai macam argumentasi "logis" lainnya.
Ada baiknya kita berhenti sejenak dan bertanya dalam diri, mengapa ya rasanya kok saya lebih sreg duduk di baris belakang? Rasanya jauh lebih nyaman kalau duduk di belakang dan sosok saya tidak terlihat jelas.
Lebih sering terjadi kita mengeluarkan argumentasi dan fantasi pembenaran, toh saya bisa mendengar dengan jelas walaupun duduk di belakang, atau "fantasi iman" daripada nanti disuruh pindah ke belakang karena duduk di depan, kan malu? Sebuah percakapan diri yang lebih banyak tampul sebagai fantasi dan pembenaran diri daripada kenyataan sebenarnya.
Categories
Motivasi
Langganan:
Postingan (Atom)