15 Oktober 2009
Nggak Usah Sekolah, Beli Sapi Aja!!!
The Most Inpiration-Article for Me...
Dikutip dari buku : GURU GOBLOK ketemu MURID GOBLOK
-Nggak Usah Sekolah, Beli Sapi Aja!!!-
Kisah ini terjadi di warung kaki lima sekitar masjid kampus ITS. Selepas sholat Jumat, Pak Rohim (Tokoh-1) langsung menelepon saya (Tokoh-2). Memang masjid kampus ITS cukup besar sehingga walaupun sama-sama berada di masjid, belum tentu bisa ketemu. Suara dari handset di seberang menginformasikan posisi di depan tempat wudhu dan saya pun meluncur ke sana.
Begitu ketemu, acara berikutnya adalah makan di warung kaki lima tidak jauh dari tempat wudhu. Bagi saya, makan kali ini adalah nostalgia belasan tahun silam. Tempat inilah yang sering menjadi tempat cangkruk semasa aktif menjadi pengurus masjid Manarul Ilmi kampus ITS.
Sambil menunggu gado-gado, Pak Rohim ngobrol dengan empat mahasiswa yang kebetulan duduk di depannya. Setelah berbasa-basi beberapa saat, pertanyaan-pertanyaan finansial pun meluncur.
"Berapa kebutuhan uang kuliah dan biaya hidup sebulan?", selidik Guru (Pak Rohim).
"Yaa...sekitar 700 ribu." Jawab sang mahasiswa.
"Semua dikirim oleh orang tua?"
"Yaa...begitulah...."
"Nah...dengan kebutuhan bulanan seperti itu, berarti dalam setahun tidak kurang dari Rp 8 juta digunakan untuk biaya kuliah. Bila lulus selama lima tahun maka uang Rp 40 juta akan melayang. Pertanyaan saya, mewakili orang tua kalian...kapan duit itu akan kembali....?"
Walaupun tidak siap mendapatkan pertanyaan seperti itu, Guru menambahkan lagi kebingungan si mahasiswa.
"Mewakili orang tuamu...coba jawab pertanyaan ini...lebih menguntungkan mana uang sebesar 40 juta : digunakan untuk menyekolahkan kamu atau membeli sapi?"
Saya pun menimpali, 40 juta bisa dibelikan delapan ekor sapi betina yang tiap tahun akan beranak satu ekor. Dengan demikian dalam waktu lima tahun minimal akan ada 40 ekor anak sapi. Ditambah 8 induknya, total akan ada 48 ekor sapi. Itupun tanpa menghitung bahwa anak sapipun pada usia sekitar satu tahun akan menjadi induk sapi yang juga akan beranak. Dengan demikian perhitungan 48 ekor sapi adalah perhitungan dnegan pendekatan pesimis.
Dengan 48 ekor sapi, para orang tua mahasiswa ini akan bisa hidup santai. Tiap tahun dalam kondisi normal akan menerima kelahiran 48 ekor sapi. Tiap bulan sekitar 4 ekor. Untuk keamanan, tidak usah dihitung 4 ekor. Ambil separuhnya saja yaitu 2 ekor anak sapi tiap bulan. Yang 2 lagi utnuk cadangan biaya-biaya dan resiko-resiko. Masuk akal kan?
Bila seekor sapi senilai Rp 5 juta, maka tiap bulan orang tua sang mahasiswa akan menerima Rp 10 juta. Pertanyaan selanjutnya...kapan mahasiswa yang telah "mengambil" delapan induk sapi mampu mengembalikan uang dari orang tuanya senilai Rp 10 juta perbulan?
Mahasiswa tadi mengelak. Ia katakan bahwa dirinya akan mengembalikan uang sekolah tadi bukan kepada orang tuanya, tapi kepada anaknya kelak.
Mendapatkan bantahan dari mahasiswa ini, Guru menjelaskan, "Itulah sikap mental yang menjadikan negeri kita ini tidak maju-maju. Ketika ditunjukkan tanggung jawab yang lebih baik, memilih mengelak dengan membuat alibi-alibi. Menyekolahkan anak adalah sebuah kewajiban yang tidak bisa dianggap sebagai membayar utang kepada orang tua yang telah membayar uang sekolah kita."
"Apakah seandainya kamu tidak dikuliahkan orang tuamu, kamu juga tidak akan mau membayar uang kuliah anak-anakmu nanti?"
Jadi mestinya, mahasiswa tadi tetap berkomitmen untuk mengembalikan uang orang tuanya tanpa mengurangi kewajibannya untuk menyekolahkan anak-anaknya kelak. Generasi sekarang harus lebih baik dari generasi masa lalu. Generasi yang akan datang harus lebih baik daripada generasi saat ini.
================================================================
Sudahkah kita memikirkan jauh sampai ke sana??? Bahwa mereka sudah mengorbankan begitu banyak duit untuk kita tanpa pernah berpikir untuk menagihnya kembali suatu saat nanti...:)
Yaaah...bahan introspeksi pribadi saya saja.
Categories
Motivasi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar