Pelaku bisnis pasti hapal dengan istilah ini: first hand...tangan pertama. Dalam lingkup bisnis yang disebut tangan pertama biasanya adalah perusahaan. Itu jika skalanya besar. Lalu bagaimana dengan industri rumahan? Siapakah tangan pertamanya?
Sebenarnya, industri rumahan juga menyangkut kami-kami yang menjual perhiasan dan aksesoris mutiara di Sekarbela. Proses produksi di rumah: mulai dari yang membuat kerajinan emas, atau merangkai gelang mutiara tawar, atau sekedar memasang mutiara pada rangka rhodium, sebagian besar memang berbasis di rumah.
Siklusnya pun jelas berputar: perusahaan peternak, perusahaan pelelangan, pembeli besar, toko, reseller, konsumen. Itu hanya tentang mutiaranya saja. Belum tentang siklus pembuatan rangka emas dan perak. Belum tentang rangka produksi pabrik, dll.
Jika seperti itu...siapa kah tangan pertamanya? Boleh saya sebut: tidak ada. Tidak ada tangan pertama yang sebenarnya dalam siklus bisnis seperti ini. Karena semua berputar dan saling membutuhkan. Lalu jika tiba-tiba ada sebuah toko online mutiara mengklaim dirinya sebagai tangan pertama, mungkin perlu belajar sendiri menambang emas dan perak, mencetak rangka rhodium, menernakkan mutiara, dan sebagainya. Tidak ada tangan pertama. Sebuah toko besar pun butuh suplier untuk menyediakan barang. Pun pabrik pembuatan butuh pemasok bahan baku.
Saya rasa, berhentilah mencari tangan pertama...namun carilah penjual dengan harga yang menyenangkan...tidak sekedar murah. Karena toko dengan kualitas indah meski agak mahal tetap tidak akan membuat menyesal. Berbeda dengan yang menjual murah namun kualitas seadanya, mungkin orang akan berpikir dulu untuk belanja berkali-kali.
Tidak mengapa, meski bukan tangan pertama, teruslah berbenah agar semakin amanah....insyaAllah :)
Tampilkan postingan dengan label Sharing Bisnis. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sharing Bisnis. Tampilkan semua postingan
12 Desember 2015
18 September 2015
Bermain dengan Uang
Kenapa sie akhir-akhir ini Rini jadi rajin bahas duit ?? Sebenernya bukan akhir-akhir ini sie...pembahasan duit itu udah ada sejak jaman dahulu kala. Tapi sekarang makin kenceng bahasannya berhubung lagi banyak yang nguber duit...dengan segala macam cara yang gak pernah terpikir di jaman dulu.
Dulu...orang dapet duit halal tu cuma lewat kerja dan niaga. Ada beberapa yang dapat warisan, atau bagi hasil usaha. Namun asal muasalnya sudah jelas: ini uangku...aku memperolehnya sebagai gaji atas kerja selama sekian..sekian....
Sekarang...kekhawatiran atas "ketidakpunyaannya akan uang" ketika tidak bekerja semakin menjadi momok yang mau tidak mau akhirnya menjadikan segelintir orang 'cerdas' untuk bermain di sana.
Kenal moneygame lah ya? Saya gak. Hahaha...cuma tau-tau aja sedikit. Lalu MLM? Tau juga. Lalu frase-frase sekelas: aset, passive income, jaringan...tau? Iya tau... Itu kan intinya duit tetep ngalir meski tidak bekerja. Tiduran di rumah...transferan masuk. Jalan-jalan ke mol...gak bawa duit...eh ada bonus di rekening...belanja dah kita.
Saudara saya yang baik hatinya,
Kalau realitanya semacam itu...ya ada beberapa yang masuk di akal saya. Ada yang tidak. Kalo didenger sama orang MLM nanti saya kena sindir: "masuk akal? Gak! Masuk kantong? Iya."
Jika kita pelaku bisnis yang sudah membawahi beberapa karyawan, punya cabang, lalu tanpa bekerja kita hanya memantau di rumah...insyaAllah dana mengalir dan kita sudah tau jelas...ini sekian dari hasil sekian.
Saya bukan orang yg anti-MLM lho ya...bagaimanapun...dlm kehidupan kita: membangun jaringan itu adalah amat sangat penting. Cuma sekarang kok makin banyak yang berkedok MLM padahal jelas-jelas bukan!
Pokoknya supaya cepat kaya. Itu deh. Ya saya juga pengen keleeuuss.. Tapi coba deh, jelasin ke saya..dgn akal saja..sesederhana menjelaskan pada anak SD bahwa: bagaimana saya bisa mendapatkan hasil 100jt dalam 2 bulan hanya dengan mendaftar nominal 7 angka saja...hanya dengan bermodal pamer rekening, gonta-ganti dp..dll...yang menurut saya..tidak pernah sama sekali menonjolkan "produk" nya??
Hey!!! Pernah dong!
Oke saya salah, bukan tidak pernah, tapi -jarang-.
So, bagaimana? Kan katanya jualan juga. Lha yang dijual apa sie? Jual rekening apa jual produk.
Maaf ya, bagi saya...MLM yang sebenarnya adalah yang jelas: jelas produknya, ya yang djual adalah barang itu. Jelas keuntungannya utk setiap kali transaksi, misal keuntungan 10% dari harga barang.
Seumpama...harga barang hanya 100rb...lalu jika ada orang lain yang bergabung maka saya akan dapat 200rb. Kira-kira masuk akal gak ya?
Ya masih tetap dalam pandangan saya...orang-orang MLM sejati maka akan berusaha sebisa mungkin menawarkan produknya agar laku. Agar orang belanja. Tidak terlalu peduli orang mau ikut bergabung sbg member atau tidak. Karena mereka tetap mendapatkan keuntungan dari transaksi tersebut meski orang yang membeli bukanlah membernya. Kalau tambah member, alhamdulillaah...kalau hanya belanja juga gak masalah. Tapi...kalau orangnya ngotot nambah-nambah member tanpa jelas apa yang sebenarnya dijual...cuma pamer-pamer rekening saja...itu yang agak membingungkan. Kira-kira perputaran dana dan passive income sebesar itu datangnya darimana? Mari dipikirkan seksama. Jangan sampai....ada uang-uang orang yang sebenarnya bukan hak kita tapi malah kita terima tanpa sadar...
Wallahu'alam.. :)
Ya masih tetap dalam pandangan saya...orang-orang MLM sejati maka akan berusaha sebisa mungkin menawarkan produknya agar laku. Agar orang belanja. Tidak terlalu peduli orang mau ikut bergabung sbg member atau tidak. Karena mereka tetap mendapatkan keuntungan dari transaksi tersebut meski orang yang membeli bukanlah membernya. Kalau tambah member, alhamdulillaah...kalau hanya belanja juga gak masalah. Tapi...kalau orangnya ngotot nambah-nambah member tanpa jelas apa yang sebenarnya dijual...cuma pamer-pamer rekening saja...itu yang agak membingungkan. Kira-kira perputaran dana dan passive income sebesar itu datangnya darimana? Mari dipikirkan seksama. Jangan sampai....ada uang-uang orang yang sebenarnya bukan hak kita tapi malah kita terima tanpa sadar...
Wallahu'alam.. :)
Categories
Sharing Bisnis
30 Maret 2010
Pelayanan vs Kualitas

Well, kita mulai tulisan ini dengan Bismillah..semoga ada manfaatnya bagi anda ya.. :)
Misal, jika ada dua pilihan yang harus dipilih hanya satu saja ketika berbelanja di dua buah toko sepatu, yang manakah yang akan anda pilih: pelayanan yang baik atau variasi barang yang banyak? Dengan asumsi harga di kedua toko sama.
Mungkin sebagian besar pembeli akan menjawab, variasi barang yang banyak. Tapi tidak bagi saya. Mari perhatikan: apakah anda akan nyaman ketika berbelanja di sebuah toko sepatu besar dengan variasi sepatu yang banyak dan bagus, namun pelayanan mereka kurang menyenangkan? Kita memilih sepatu diikuti kemana saja, seperti mengawasi pencuri. Bertanya, hanya dijawab seperlunya. Berbicara, mereka hanya tersenyum sedikit. Seolah kitalah yang butuh mereka, mereka tidak terlalu butuh kita. Tanpa bicara, saya pasti langsung meninggalkan toko seperti ini.
Saya tidak terlalu peduli dengan banyaknya variasi atau tidak, modelnya bagus atau tidak, harganya murah atau tidak ketika satu hal kunci tidak mereka pegang: pelayanan. Pembeli tentu akan jauh merasa nyaman ketika dihadapkan oleh suasana toko yang ramah, walaupun tidak terlalu banyak pilihan, tapi pelayanan seperti teman sendiri, hangat.
Menurut saya, inilah yang terpenting. Bagaimana membuat pelanggan nyaman dengan kita. Ketika sudah nyaman, mereka akan sulit berpindah ke toko lain, itu intinya. Walaupun mungkin di toko kita harga tidak semurah di toko sebelah, tidak sebagus di toko sebelah, dan lain-lain yang bersifat kualitas. Lagipula itu bukan masalah mendasar. Harga tinggi, bisa diturunkan. Variasi sedikit, bisa ditambah. Model norak, bisa diperbaharui. Namun pelayanan buruk? Mudahkah diubah?
Kalaupun bisa diubah, citra yang sudah disandang tetap saja: toko itu melayani kita dengan buruk!
Karena saya pernah mengalami hal ini. Persis, namun kasusnya tentu bukan toko sepatu. Saya tau, toko langganan saya ini hanya salah satu dari sekian banyak toko sejenis di kompleks itu. Bahkan saudara saya sendiri mengajak untuk jangan lagi berbelanja di sana karena barangnya cuma sedikit. Tapi bagi saya, merekalah yang memiliki pelayanan terbaik dibandingkan toko lain yang pernah saya datangi. Jadi ketika pilihan hanya sedikit, katakan saja pada pemiliknya: "Bu, coba besok jual model seperti X ya, saya suka." Ya sudah, tidak ada masalah, karena besok akan bertambah lagi variasi modelnya.
Membangun hubungan baik, itulah yang saya suka dari bisnis. Bukan tentang berapa keuntungan yang anda dapatkan. Itu memang hal penting, tapi bukan yang terpenting. Keuntungan hanya alat, bukan tujuan. Masing-masing tentu punya tujuan sendiri-sendiri mengapa mereka memilih dunia bisnis. Terpenting bagi saya adalah, bagaimana kita kelak dengan bisnis itu? Will be better or not? :)
Categories
Sharing Bisnis
24 Juni 2009
Kripik Buah Khas Malang

Malang itu terkenal apa ya? Buat saya sie: Jatim-Park! Hahahaa...langganan ke sana sie kalo lagi sumpek. Tapi selain itu ada lagi, cang-cang!!! Kripik buah. Saya kalo mudik selalu bawa makanan ringan ini, beberapa bungkus ukuran 1 ons dan 2 ons. Lumayan buat makan di jalan atao buat kasi sodara-sodara yang imut-imut, hehee... :D
Kemarin maen ke pabriknya di daerah Malang. So dapet harga lumayan menggiurkan untuk bisnis niy. Bagi yang berminat order aja ke Rini ye...! :L

Niy daftar harganya...
A. Kripik Apel
-Kualitas 1 : 90rb/kg
-Kualitas 2 : 80rb/kg
-Kualitas 3 : 60rb/kg
-Kualitas 4 : 50rb/kg
B. Kripik Nangka
-Kualitas 1 : 90rb/kg
-Kualitas 2 : 80rb/kg
-Kualitas 3 : 50rb/kg
C. Kripik Melon dan Semangka : 125rb/kg
D. Kripik Jambu : 105rb/kg
E. Kripik Labu : 90rb/kg
F. Kripik Belimbing : 105rb/kg
G. Kripik Salak : 120rb/kg
H. Kripik Pepaya : 90rb/kg
I. Kripik Nanas : 120rb/kg
Untuk kripik yg ada beda kualitasnya itu sie sebenernya rasanya sama aja tuh kata pabriknya, cuma beda ukuran buahnya tok. Yang kualitas 1 pasti buah yang gede-gede lah...Kayak harga buah juga gitu, padahal ya jenis dan rasanya sama, tapi karena beda ukuran tok ya harganya beda, hampa...Padahal ditimbang juga sama-sama 1kg, ya gak sie? :D
Pembelian minimal 5kg, kalo mau pesen kirim email ke sentralbisnis@yahoo.com. Ongkos kirim ditanggung pembeli ya... :p Tapi gak mahal kok ongkos kirimnya! :)
Terus, packingnya terserah yg order mau minta dipacking ukuran 1 ons-an, 2 ons-an, atau langsung 1 kg dalam satu packing. Terus boleh minta packing polosan juga (gak pake label pabriknya). Gampang kan? Saya juga gak mau ribet-ribetin pembeli. So, buruan order yak! Nanti kita jadi prend deh... :L
Categories
Sharing Bisnis
28 April 2009
Berbisnis Dengan Hati ; part-2

C. Ikhtiar
Berikut ada 10 Prinsip Konvensional Marketing yang disampaikan oleh bapak Hermawan, salah seorang partnership Aa'Gym dalam beberapa bidang bisnis yang beliau jalankan. Saya suka prinsip-prinsip ini. Semoga para calon entrepreneur bisa menjadikan ini bahan pembelajaran.
1. Love Your Customer, and Respect Your Competitor.
"Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil." (5:8) Kompetitor itu membangun pasar. Maka dari itu, hormatilah meraka. Pelajari kompetitor anda. Tidak perlu anda tiru seluruhnya cara mereka menjalankan bisnis, cukup ambil bagian penting yang anda butuhkan.
2. Be Sensitif to Change and Be Ready to Transform!
Dunia akan terus berubah… Anda juga harus siap berubah jika ingin sukses.Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaannya sendiri (13:11).
3. Guide Your Name Be Clear of Do You Are. Brand name is everything. Maka dari itu jagalah nama baik anda agar orang-orang percaya kepada anda. Rasulullah berdagang sejak usia 12 tahun, sejak umur tersebut beliau selalu menjaga nama baik hingga mendapat gelar Al-Amin.
Syarat al-Amin: Jujur terpercaya, Orientasinya sigma kepuasan, Inovatif n solutif.
4. Customer itu ada banyak, tapi datangi yang mana yang anda butuhkan saja. Ini prinsip menentukan target pasar.
5. Always Over a Good Package at The Fair Price. Jangan pernah menjual barang jelek dengan harga tinggi. Dalam suatu hadist disebutkan, "Tidak dihalalkan bagi seorang muslim menjual sesuatu yg cacat kecuali dia memberitahukannya."
6. Berikan berita yang baik. Jangan menjual dengan menodong! Jangn menjual menggunakan surat rekomendasi pejabat. Itu artinya anda memonopoli.
7. Grab Your Customer, Keep, and Grow Them. Bangunlah customer relationship anda dengan baik.
8. Whatever Your Business, It Is Your Servis Business.
9. Selalu perhatikan kualitas dan pelayanan anda hingga barang diantarkan.
10. Dapatkan informasi yang relevan, tapi bijaksanakalah dalam mempelajarinya. Intinya kita harus selalu belajar, belajar, dan belajar. Karena menuntut ilmu itu hukumnya wajib!
Bagi seorang Entrepreneur Muslim, uang itu adalah nomor kesekian. Keuntungan tidak diukur dari hal itu. Dikatakan untung jika :
1. Bisnis ini menjadi amal, karena saya pasti bener. Niat bener, cara bener.
2. Dengan bisnis, nama menjadi baik.
3. Dengan bisnis kita nambah ilmu, pengalaman, wawasan.
4. Dengan bisnis, nambah silaturrahmi. Buat apa uang banyak tapi musuh juga banyak? Teman-teman yang didapat melalui bisnis, bisa menjadi tim marketing kita.
5. Dengan bisnis makin banyak yang dapet keuntungan dari bisnis kita.
Kuncinya dalam kehidupan sebagai entrepreneur adalah: JUJUR. "Kejujuran adalah mata uang yang berlaku di mana pun". Setiap orang pasti nyari orang yang jujur. Mana ada orang yang mau berbisnis dengan pembohong? So, tampillah sebagai orang yang jujur, maka anda akan menjadi barang langka! :)
Selamat mencoba.
-Salam Entrepreneur-
Categories
Sharing Bisnis
Berbisnis Dengan Hati ; part-1

Ting.Tong. Let's share business again! I'm lovin it… :L
Ahad kemarin saya menghadiri sebuah seminar Entrepreneurship dengan tema : Datang Mahasiswa, Pulang Pengusaha. Hal utama yang saya tangkap dari seminar tersebut yaitu 3 point pokok yang harus diperhatikan dalam berbisnis :
1. Punya goal.
2. Punya alasan yang kuat.
3. Belajar dari ahlinya.
Sekarang, saya akan fokus ke point no. 3 aja. Kenapa? Mau bahas sedikit tentang ahli yang saya sukai. Sapa??? Terrreeeeng…..Aa' Gym. Why?
Karena saya suka pemikiran bisnis beliau. Adopsi yang cocok dari pribadi bisnis Rasul, insyaAllah begitu. Dan saya juga ingin begitu. Amiiiin.
Berbisnis dengan pendekatan : zikir, fikir, dan ikhtiar.
A. Zikir
"Andaikata sudah ditetapkan tujuan, sepelan apapun kita bergerak, Insya Allah merupakan suatu kemajuan. Tapi bagi orang yang tujuannya belum ditetapkan, segigih apapun dia bergerak, bisa jadi menuju kehancuran."
Maka, pertama-tama, mari berpikir tujuan bisnis kita. Why must be entrepreneur? Untuk apa? Uang? Kepuasan? Bisa jadi begitu. Tapi, sebagai seorang muslim, setidaknya ada 3 tujuan bisnis yang harus dia pahami :
1. Ibadah. Manusia diciptakan oleh Allah untuk menjadikan segala aktivitasnya menjadi ibadah. So, jadikan bisnis itu sebagai ibadah.
2. Khalifah.Tugas hidup kita adalah sebagai khalifah. Maka dari itu berkaryalah seoptimal mungkin. Sehingga dalam ujung usia kita, kita bisa menghasilkan karya terbesar yaitu dengan memberi manfaat kepada orang lain.
3. Dakwah. Apapun yang kita lakukan akan menjadi cermin bagi orang lain, maka hasilkan cerminan yang baik agar bisa menjadi teladan bagi orang lain.
B. Fikir
Ada istilah yang populer, "Banting tulang demi sesuap nasi ". Aa' Gym bilang, rugi! Masa udah capek tulangnya dibanting, yang didapat cuma sesuap nasi? Karena pada dasarnya kita bekerja tidak semata-mata demi uang, demi makanan. Seperti kata Imam Ali, "Barangsiapa yang kesibukannya hanya mencari isi perut, maka derajatnya sama dengan apa yang keluar dari perutnya." Na'uzubillah deh…. :(
Mari ubah pola pikir, kita bukanlah mencari uang, tapi menjemput rizki. Karena peluang itu pasti ada.Tinggal bagaimana kesungguhan kita menjemputnya. Setiap makhluk yang hidup kan sudah ditentukan rizkinya masing-masing. Iya gak? :)
Ada dua landasan penting yang dipegang oleh seorang profesional muslim dalam berbisnis:
1. Dalam mencari, dia benar-benar sangat menjaga nilai-nilai : kejujuran, etos kerja, tepat janji. Sehingga ketika dia mendapatkan uang, dirinya senidir jauh lebih berharga dari uang yang dia dapatkan. Kok bisa? Iya, kerena-nilai-nilai tadi. Sehingga dia tidak pernah takut kehilangan apapun. Karena dia sdah bisa membangun nilai-nilai tersebut, dia mendapatkan dirinya sendiri. Ini berbanding terbalik dengan seorang pencuri kelas kakap, koruptor. Seorang koruptor, semua barang yang dia miliki itu bernilai baginya. Rumah, mobil, villa, semua itu bernilai, kecuali dirinya sendiri. Dia memang mendapatkan dunia, tapi dia tidak mendapatkan dirinya.
2. Orang-orang yang cinta akan dunia maka dia akan takut punya saingan. Tapi seorang muslim, dia percaya bahwa Allah sudah menentukan rizki untuk masing-masing. Jadi bukan urusan mau bersaing dengan berapa banyak orangpun. Toh semuas udah ada bagiannya sendiri. Keberadaan mereka tidak akan pernah mengurangi rizki kita. Saingan itu adalah anugrah. Tanpa pesaing, kita tidak akan pernah tau rasanya menjadi pemenang. Memangnya mau balap karung sendiri? Gak lucu kan? Menang sie iya, tapi apa hebatnya kalo gak ada saingannya? Dan apa hebatnya juga kalo saingannya itu gak selevel dengannya? Balap karung lawan anak TK misalnya. Harus yang sekelas, agar terasa lebih berkelas :)
Lalu, kembali membahas tentang berkarya. Bisnis itu adalah wujud karya kerja kita di dunia. Ketika bisa mendapatkan lebih, maka distribusikanlah! Ini yang membuat kita semakin semangat bekerja. Karena kita merasa, bahwa dengan mendapatkan banyak, kita akan bisa membagi lebih banyak. Kalau mati juga sudah bisa puas, dalam keadaan memberi manfaat yang banyak ke orang lain. Orang kaya adalah orang yang banyak berdistribusi. Percaya kan?
Khoirun naasi anfa’uhum linnaas
Namun, yang namanya manusia, terkadang bisa juga mengeluh dalam mencari rizki tersebut. Dapatnya sedikit lah, banyak masalah lah, dan macam-macam. Tapi, mari berkaca sedikit pada nyamuk. Hewan kecil ini, yang hanya untuk mencari makan saja sampai berani mengorbankan nyawanya. Taruhannya bukan hal yang kecil, nyawa. Pertama: untuk mencari saja sudah ada ancaman dimana-mana. Semprotan anti nyamuk, tangan-tangan manusia, raket-raket listrik, dll. Kedua : pas makan juga gak pernah tenang, was-was seandainya langsung dibunuh saat itu. Ketiga : sudah makan pun masih harus menanggung beban tubuhnya yang menjadi berat untuk terbang.
Lalu kita, pernahkah seperti itu? Jika tidak, dan kita hanya bisa mengeluh, malulah pada nyamuk! :)
Otre, ntar disambung lagi dalam BDH part-2…..
Categories
Sharing Bisnis
05 Maret 2009
Belajar Mengelola Kekecewaan dgn Bisnis
Ini bukan hasil riset profesor manapun, ini cuma hasil analisa saya yang apa adanya. Hehehe...Mari simak penjelasan saya yang juga apa adanya.
Anda pernah kecewa? Percaya gak kalo kekecewaan bisa dikelola dengan kebiasaan anda berbisnis? Fiiuuuh...hal yang sedikit bersaudara sie dengan kegembiraan dan kekecewaan, karena berkaitan langsung dengan untung-rugi. Hanya ada dua pilihan ketika anda berbisnis, untung atau rugi. Kecenderungan untuk impas kecil sekali. Itu terjadi dalam keadaan mendesak yang membuat anda memutuskan untuk impas. Artinya...impas itu terjadi karena pilihan anda. Sementara untung-rugi? Itu berkaitan dengan takdir dan sedikit kecerdasan anda :)
Tidak selamanya para pebisnis itu selalu untung. Anda salah besar jika beranggapan bahwa seorang pengusaha kaya itu berkat keberuntungannya yang selalu ada ketika berjualan. Mereka adalah orang-orang gigih yang selalu bangkit walau rugi sekalipun. Mereka bukannya orang yang tidak pernah kecewa dengan kerugiannya. Tapi mereka adalah orang yang tau bagaimana cara segera mengatasi kekecewaan itu dan segera berpikir untuk mendapat keuntungan yang tertunda. Mengejarnya, bukan menunggu keuntungan itu datang dengan sendirinya.
Mau tidak mau, orang yang suka berbisnis, pasti akan sering pula bertemu dengan kekecewaan. Sebenarnya kemungkinan untung-rugi itu 50-50, hanya saja para pengusaha begitu pintar mengubahnya menjadi 70-30 atau lebih!
Saya pecinta bisnis. Hehehee...entah kenapa semuanya terlihat sebagai peluang! Di mana saja, itu adalah peluang. Selama saya merasa bukan barang yang haram dan melalui transaksi yang gak jelas...ya jalani saja.
Saya berbisnis sejak SD, percayalah! Hahahahaa...banyak hal aneh yang terjadi. Semuanya menyenangkan. Tidak hanya tentang menghitung keuntungan, tapi lebih dari itu...entahlah...yang jelas menyenangkan! :D
Selama kurun waktu itu pula, kekecewaan datang silih berganti. Orang-orang taunya saya selalu untung, tapi mana ada yang tau bahwa beberapa dari bisnis itu juga pernah rugi. Tapi saya tidak pernah jera, tidak pernah bosan. Seolah panggilan jiwa, itulah bisnis. Hehehee... :z
Lalu apa hubungannya dengan mengelola kekecewaan?
Ada. Ketika rugi, anda pasti kecewa. Tapi dengan segera pintar sekali menyiasatinya sehingga tidak larut dalam kekecewaan itu dan mulai lagi dari awal, atau melanjutkan sisa kejayaan. Itu ada seninya. Dan anda akan semakin mengasah kekebalan hati dengan berbisnis. Bagaimana tidak? Menghadapi pembeli saja sudah merupakan ujian mental. Belum lagi komplain terhadap barang yang anda tawarkan. Ditambah menghadapi pembeli yang kadang cerewetnya na'uzubillah. Apalagi bertemu dengan kerugian? Itu luar biasa. jika anda sanggup menjalaninya. Karena untuk bangkit setelah jatuh itulah yang tersulit. Ada kejadian orang di sekitar saya yang pernah rugi dalam bisnisnya, lalu sejak saat itu dia memutuskan tidak mau lagi masuk dalam dunia itu! Tidak akan.
Artinya, belum pandai mengelola kekecewaan :p Mudah trauma dan menyerah.
Cobalah....Masuklah ke dunia bisnis. Siapkan mental anda. Karena semua akan berubah begitu saja. Nikmati setiap alurnya. Dan tanpa anda sadari, suatu saat anda akan menjadi lebih kuat dari sekarang. Kuat menghadapi kekecewaan. Tidak hanya kekecewaan dalam dunia bisnis, tapi segalanya. Segala jenis kekecewaan itu akan berlalu dengan mudah. Percayalah.... :)
Maka dari itu saya menulis ini: bahwa saya bersyukur bisa menyukai bisnis.
Anda pernah kecewa? Percaya gak kalo kekecewaan bisa dikelola dengan kebiasaan anda berbisnis? Fiiuuuh...hal yang sedikit bersaudara sie dengan kegembiraan dan kekecewaan, karena berkaitan langsung dengan untung-rugi. Hanya ada dua pilihan ketika anda berbisnis, untung atau rugi. Kecenderungan untuk impas kecil sekali. Itu terjadi dalam keadaan mendesak yang membuat anda memutuskan untuk impas. Artinya...impas itu terjadi karena pilihan anda. Sementara untung-rugi? Itu berkaitan dengan takdir dan sedikit kecerdasan anda :)
Tidak selamanya para pebisnis itu selalu untung. Anda salah besar jika beranggapan bahwa seorang pengusaha kaya itu berkat keberuntungannya yang selalu ada ketika berjualan. Mereka adalah orang-orang gigih yang selalu bangkit walau rugi sekalipun. Mereka bukannya orang yang tidak pernah kecewa dengan kerugiannya. Tapi mereka adalah orang yang tau bagaimana cara segera mengatasi kekecewaan itu dan segera berpikir untuk mendapat keuntungan yang tertunda. Mengejarnya, bukan menunggu keuntungan itu datang dengan sendirinya.
Mau tidak mau, orang yang suka berbisnis, pasti akan sering pula bertemu dengan kekecewaan. Sebenarnya kemungkinan untung-rugi itu 50-50, hanya saja para pengusaha begitu pintar mengubahnya menjadi 70-30 atau lebih!
Saya pecinta bisnis. Hehehee...entah kenapa semuanya terlihat sebagai peluang! Di mana saja, itu adalah peluang. Selama saya merasa bukan barang yang haram dan melalui transaksi yang gak jelas...ya jalani saja.
Saya berbisnis sejak SD, percayalah! Hahahahaa...banyak hal aneh yang terjadi. Semuanya menyenangkan. Tidak hanya tentang menghitung keuntungan, tapi lebih dari itu...entahlah...yang jelas menyenangkan! :D
Selama kurun waktu itu pula, kekecewaan datang silih berganti. Orang-orang taunya saya selalu untung, tapi mana ada yang tau bahwa beberapa dari bisnis itu juga pernah rugi. Tapi saya tidak pernah jera, tidak pernah bosan. Seolah panggilan jiwa, itulah bisnis. Hehehee... :z
Lalu apa hubungannya dengan mengelola kekecewaan?
Ada. Ketika rugi, anda pasti kecewa. Tapi dengan segera pintar sekali menyiasatinya sehingga tidak larut dalam kekecewaan itu dan mulai lagi dari awal, atau melanjutkan sisa kejayaan. Itu ada seninya. Dan anda akan semakin mengasah kekebalan hati dengan berbisnis. Bagaimana tidak? Menghadapi pembeli saja sudah merupakan ujian mental. Belum lagi komplain terhadap barang yang anda tawarkan. Ditambah menghadapi pembeli yang kadang cerewetnya na'uzubillah. Apalagi bertemu dengan kerugian? Itu luar biasa. jika anda sanggup menjalaninya. Karena untuk bangkit setelah jatuh itulah yang tersulit. Ada kejadian orang di sekitar saya yang pernah rugi dalam bisnisnya, lalu sejak saat itu dia memutuskan tidak mau lagi masuk dalam dunia itu! Tidak akan.
Artinya, belum pandai mengelola kekecewaan :p Mudah trauma dan menyerah.
Cobalah....Masuklah ke dunia bisnis. Siapkan mental anda. Karena semua akan berubah begitu saja. Nikmati setiap alurnya. Dan tanpa anda sadari, suatu saat anda akan menjadi lebih kuat dari sekarang. Kuat menghadapi kekecewaan. Tidak hanya kekecewaan dalam dunia bisnis, tapi segalanya. Segala jenis kekecewaan itu akan berlalu dengan mudah. Percayalah.... :)
Maka dari itu saya menulis ini: bahwa saya bersyukur bisa menyukai bisnis.
Categories
Sharing Bisnis
Langganan:
Postingan (Atom)