05 Maret 2009

Ujian Ketaatan

Diposting oleh Rini Andarstuti di 10:24:00 AM
Kajian kemarin sore masih bertema Rukyah, tapi entah kenapa larinya ke materi ketaatan juga. Memang, pada dasarnya taat tidak akan pernah luput dari tiap aspek kehidupan. Itu menjadi pokok penting saat ini. Di tengah berbagai ujian hidup yang dirasa makin mendesak, maka taat adalah salah satu kunci untuk menghadapi semua dengan baik, insyaAllah.

Banyak cerita tetang kekalahan dimana pelakunya sering merasa bahwa bebannya seolah yang terberat. Bahwa tidak ada orang semenyedihkan dirinya. Bahwa Tuhan sangat jahat padanya, dll. Tapi ada lagi cerita tentang perjuangan dimana mereka merasa bahwa ujian itu memang berat, tapi mau mengambil hikmah yang banyak atas ujian tersebut.

Muslim yang taat, pasti pernah kecewa, setaat apapun dia pada Allah. Sekarang yang membedakan adalah bagaimana ketaatannya itu berperan penting membangun karakter psikisnya sehingga dia menjadi orang yang benar-benar kuat. Sekali di hantam masalah, anggaplah seberat 1 kg, dia kuat. Besok lagi kena masalah seberat 5 kg, masih kuat. Selanjutnya oleh Allah terus ditambah hingga masalah itu seberat 1 ton. Kalau dia mengaku taat pada Allah, pastinya dan harusnya dia tetap bisa menahan beban 1 ton itu juga. Karena dia percaya, bahwa Allah sudah menentukan segala sesuatu sesuai kadarnya.

"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?" Al-Ankabuut:2

Itu adalah tanda bahwa Allah memang hendak 'menaikkan kelas' kita. Sederhananya begini, kita sekolah belajar berbulan-bulan, lalu untuk naik ke semester selanjutnya atau naik kelas harus lewat ujian kan? Namanya Ujian Semester. Kalo lulus, baru bisa naik kelas. Kalo tidak, ya harus tinggal kelas dulu atau paling baik diberi kesempatan mengulang. Itu syarat mutlak. Nah...begitu juga dengan ujian hidup. Menguji seberapa taat kita pada Allah. Sebagai bukti cinta kita pada-Nya, dan sebagai tanda bahwa Dia masih cinta pada kita (begini kata Ustadz yang saya dengar). Kalau sampai sekian lama kita merasa tenang-tenang saja dalam beribadah, tidak ada cobaan, bagaimana kita bisa tau bahwa ibadah kita itu benar? Jangan lantas merasa aman, tapi perlulah kita bertanya pada diri sendiri...apa ada yang salah sampai Allah belum hendak menguji kita? Apa masih belum layak uji?

Sebuah kapal belum bisa dikatakan kuat sebelum ia sanggup melawan badai.
Dan ketika badai itu datang, perlu juga lah kiranya memikirkan...kenapa sampai harus terjadi badai? Ada sesuatu kah dengan kapal itu yang harus diuji kelayakannya berlayar? Layarnya? Kemudinya? Dindingnya? Itu rahasia Allah. Kita hanya bisa berbaik sangka saja.

Pernah merasa bahwa Allah tidak adil dengan langsung menghantam lewat masalah seberat 1 ton sementara selama ini belum pernah seberat 10 kg pun?
Berbaik sangka saja. Karena Allah tau, bahwa masalah 1 ton itu juga sanggup kita hadapi tanpa harus melalui 20 hingga 500 kg. Lagipula, setelah berhasil melewatinya bukankah ada perasaan sedikit lega, "1 ton saja bisa berlalu, lain kali 900 kg juga akan baik-baik saja..." Begitulah. Persangkaan yang baik akan membentuk sikap mental yang baik juga.
Selain itu, lagi-lagi sebagai sarana introspeksi diri. Jangan hanya bisa merasa hebat setelah melewati 1 ton lantas sombong. Coba ditelusuri ke belakang, adakah kesalahan fatal kita dalam menghambakan diri pada-Nya hingga Dia menghantam kita dengan beban 1 ton? Bisa jadi karena itu. Karena Dia marah, lalu mau menegur dengan keras, dengan apa lagi selain dengan beban 1 ton agar kita segera kembali?
Wallahualam. Semua rahasia milik-Nya. Kita tidak akan pernah tau kapan kita diuji. Tapi semoga, kapanpun ia datang, dengan wujud rupa seperti apapun, kita bisa menyelesaikannya dalam rangka 'naik kelas' di hadapan Allah.

Tambahan, kalo cobaan datang bertumpuk-tumpuk dan pikiran kita buntu sementara banyak hal lain yang juga harus dikerjakan, bagi wanita mudah sekali untuk menangis karena lelah menghadapinya (sepertinya lelaki juga), maka banyak yang bilang "Sudah, jangan nangis...air mata gak akan menyelesaikan masalah!"
Ups! Anda salah kalo kasi nasihat kayak gitu ke temen Anda. Kenapa?
Air mata memang tidak akan bisa menyelesaikan masalah, kami tau itu, tapi setidaknya…ia bisa melarutkan duka, itu saja. Jadi kalo ada temen yang nangis ketika dapat masalah yang cukup berat dan Anda kesal dengannya, jangan komentar apapun, sebaiknya tinggalkan dia sendiri dan beri waktu untuk menangis. Tapi jangan lama-lama juga. Kalo sampai berhari-hari, itu bukan melarutkan duka, tapi meratapi, dan itu salah besar! :)
Cukuplah duka cita atas sebuah cobaan itu dilambangkan dengan air mata beberapa jam saja, itu manusiawi, heheheee.... :D

Intinya, bersabarlah atas cobaan karena hakikatnya hanya Allah yang tau apa yang terbaik bagi kita :L

0 komentar:

 

::Hanya usaha untuk membuat kenangan... Copyright © 2009 Baby Shop is Designed by Ipietoon Sponsored by Emocutez